Pertanyaan:
Assalamu'alaikum. Bagaimana hukum memakan daging hewan dalam keadaan mentah?
( Dari: Fathimatuz Zahra ).
Jawaban:
Wa alaikum salam warahmatullah wabarakatuh
Dalam madzhab Syafi'i tidak ditemukan penjelasan secara khusus mengenai hukum mengkonsumsi daging mentah, para ulama' madzhab Syafi'i hanya menjelaskan asalkan hewan telah disembelih dengan sembelihan yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan maka dagingnya halal dimakan, dari kemutlakan tersebut dapat dipahami bahwa daging hewan yang telah disembelih boleh dimakan meskipun masih mentah.
Sedangkan para ulama' dari kalangan madzahab madzhab Hanbali berbeda pendapat mengenai masalah ini, menurut sebagian ulama' hukumnya makruh, dan menurut sebagian ulama' lainnya hukumnya boleh dan tidak makruh, pendapat yang kedua ini dinukil oleh Muhana (murid Imam Ahmad) dan pendapat ini merupakan pendapat ashoh (lebih shahih) menurut penjelasan dalam Syarah Al-Muntaha.
Syekh al-Khorsyi, seorang ulama' madzhab Maliki dalam Syarah Mukhtashor Kholil juga menyatakan bahwa memakan daging mentah hukumnya diperbolehkan dan tidak makruh.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa menurut mayoritas ulama' mengkonsumsi daging mentah hukumnya boleh, namun tentu saja hal ini dengan batasan asalkan hal tersebut tidak membahayakan kesehatan. Wallahu a'lam.
Wallahu a’lam.
( Dijawab oleh: Al Murtadho dan Siroj Munir )
Referensi:
1. Nihayah al-Muhtaj juz 8 hal. 112-113
2. Kasysyaf al-Qina', juz 6 hal. 195
3. Syarh Mukhtashar Khalil li al-Khorsyi, juz 3 hal. 26
Assalamu'alaikum. Bagaimana hukum memakan daging hewan dalam keadaan mentah?
( Dari: Fathimatuz Zahra ).
Jawaban:
Wa alaikum salam warahmatullah wabarakatuh
Dalam madzhab Syafi'i tidak ditemukan penjelasan secara khusus mengenai hukum mengkonsumsi daging mentah, para ulama' madzhab Syafi'i hanya menjelaskan asalkan hewan telah disembelih dengan sembelihan yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan maka dagingnya halal dimakan, dari kemutlakan tersebut dapat dipahami bahwa daging hewan yang telah disembelih boleh dimakan meskipun masih mentah.
Sedangkan para ulama' dari kalangan madzahab madzhab Hanbali berbeda pendapat mengenai masalah ini, menurut sebagian ulama' hukumnya makruh, dan menurut sebagian ulama' lainnya hukumnya boleh dan tidak makruh, pendapat yang kedua ini dinukil oleh Muhana (murid Imam Ahmad) dan pendapat ini merupakan pendapat ashoh (lebih shahih) menurut penjelasan dalam Syarah Al-Muntaha.
Syekh al-Khorsyi, seorang ulama' madzhab Maliki dalam Syarah Mukhtashor Kholil juga menyatakan bahwa memakan daging mentah hukumnya diperbolehkan dan tidak makruh.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa menurut mayoritas ulama' mengkonsumsi daging mentah hukumnya boleh, namun tentu saja hal ini dengan batasan asalkan hal tersebut tidak membahayakan kesehatan. Wallahu a'lam.
Wallahu a’lam.
( Dijawab oleh: Al Murtadho dan Siroj Munir )
Referensi:
1. Nihayah al-Muhtaj juz 8 hal. 112-113
والذبائح) جمع ذبيحة وجمعها لأنها تكون بالسكين وبالسهم وبالجوارح، والأصل فيه قوله تعالى {أحل لكم صيد البحر} [المائدة: 96] وقوله {إلا ما ذكيتم} [المائدة: 3] وقوله {وإذا حللتم فاصطادوا} [المائدة: 2] ومن السنة ما سنذكره، والرافعي ذكر هنا الصيد والذبائح والأطعمة والنذر فتبعه المصنف هنا وفاقا للمزني وأكثر الأصحاب، وخالفه في الروضة فذكرها في آخر ربع العبادات لأن طلب الحلال فرض عين. وأركان الذبح بالمعنى الحاصل بالمصدر أربعة ذبح وذابح وذبيح وآلة (ذكاة الحيوان المأكول) البري المطلوبة شرعا لحل أكله تحصل (بذبحه في حلق) وهو أعلى العنق (أو لبة) بفتح اللام وهي أسفله (إن قدر عليه) بالإجماع، وروى الدارقطني والبيهقي عن أبي هريرة «أن النبي - صلى الله عليه وسلم - بعث بديلا يصيح في فجاج منى: ألا إن الذكاة في الحلق واللبة» فلا يحل شيء من الحيوان المأكول من غير ذكاة
2. Kasysyaf al-Qina', juz 6 hal. 195
(ويكره مداومة أكل لحم) قاله الأصحاب قلت ومداومة ترك أكله لأن كلا منهما يورث قسوة القلب (و) يكره (أكل لحم منتن ونيء) ذكره جماعة وجزم في المنتهى بعدم الكراهة وقال في شرحه: فلا يكره أكلهما على الأصح قال في الفروع: ولا بأس بلحم نيء نقله مهنا، ولحم منتن نقله أبو الحارث وذكر جماعة فيهما يكره وجعله في الانتصار في الثانية اتفاقا.
3. Syarh Mukhtashar Khalil li al-Khorsyi, juz 3 hal. 26
باب يذكر فيه المباح من الأطعمة ومكروهها ومحرمها من حيوانات وغيرها مما ذكر في الباب قبله وما لم يذكر فيه)
وبدأ بالأول فقال (ص) المباح طعام طاهر (ش) يعني أن المباح تناوله في حال الاختيار من غير الحيوان أكلا أو شربا طعام طاهر ولا عكس، فخرج النجس بنفس كالبيض المذر أو بمخالطة غيره كالأطعمة المائعة إذا خولطت بنجس؛ والجامدة إذا أمكن السريان على ما مر في بابه. ودخل كل طاهر من جامد ومائع حتى اللحم النيء ودخل كل مشروب حتى البول من المباح.