Pertanyaan :
Assalamu`alaikum... yai, pak, kang dan teman fb, aku mau tanya, apa hukumnya puasa tanggal 9 dan 10 muharram dan apa fadhilhnya ? terima kasih..
( Dari : Yasin Eljamha Darussalam )
Jawaban :
Wa'alaikum salam warohmatullohi wabarokatuh
PUASA ASYURO'
Hukumnya : Puasa pada tanggal 10 bulan muharrom, atau disebut juga puasa asyuro' hukumnya sunat mu'akkad (kesunatan yang sangat dianjurkan), berdasarkan hadits nabi ;
وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
“Dan puasa hari ‘Asyura, aku berharap kepada Allah agar menghapuskan dosa setahun yang telah lalu.” ( Shohih Muslim, no.1162 )
Asal-usul mengenai puasa asyuro' dijelaskan dalam satu hadits ;
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ الْيَهُودَ صِيَامًا، يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي تَصُومُونَهُ؟» فَقَالُوا: هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ، أَنْجَى اللهُ فِيهِ مُوسَى وَقَوْمَهُ، وَغَرَّقَ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ، فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا، فَنَحْنُ نَصُومُهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
"Dari Ibnu Abbas rodhiyallohu 'anhuma, ketika Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam sampai dikota Madinah, beliau menemukan orang-orang yahudi yang sedang berpuasa pada hari asyuro', lalu Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bertanya pada mereka : "Hari apa ini hingga kalian semua berpuasa ?' mereka menjawab : "Ini adalah hari yang agung, pada hari ini Alloh menyelamatkan nabi Musa –alaihissalam- dan kaumnya dan menenggelamkan Fir'aun beserta kaumnya, karena itulah nabi Musa berpuasa pada hari tersebut sebagai wujud syukur, dan kami pun ikut berpuasa pada hari itu". Rosululloh lalu bersabda : "Kamilah sebenarnya yang paling berhak dan lebih utama untuk nabi Musa dari pada kalian, lalu Rosululloh puasa pada hari tersebut dan memerintahkan untuk berpuasa pada hari tersebut". ( Shohih Muslim, no.1130 )
Hadits-hadits yang memerintahkan untuk mengerjakan puasa 'asyuro' dan menjelaskan fadhilahnya tidak serta merta menjadikan puasa ini hukumnya wajib, sebab dalam satu hadits Nabi bersabda ;
هَذَا يَوْمُ عَاشُورَاءَ وَلَمْ يَكْتُبِ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، وَأَنَا صَائِمٌ، فَمَنْ شَاءَ، فَلْيَصُمْ وَمَنْ شَاءَ، فَلْيُفْطِرْ
"Ini adalah hari 'asyuro', dan Alloh tidak mewajibkan bagi kalian untuk berpuasa pada hari ini, meski aku sendiri berpuasa, maka barangsiapa menghendaki, hendaklah ia berpuasa, dan barang siapa menghendaki, maka berbukalah (tidak berpuasa)". ( Shohih Bukhori, no.2003 )
Dari hadits inilah para ulama' menyatakan bahwa puasa 'asyuro' hukumnya tidak wajib, adapun hadits-hadits yang memerintahkan puasa pada hari 'asyuro' menguatkan hukum puasa pada hari ini, sehingga ulama' memutuskan bahwa puasa 'asyuro' hukumnya sunat muakkad.
Fadhilahnya : Fadhilah (keutamaan) puasa pada hari asyuro' adalah menghapus dosa selama satu tahun sebagaimana yang disebutkan dalam hadits riwayat Imam Muslim diatas. Adapun himahnya mengapa puasa arofah dapat menghapus dosa selama dua tahun, sedangkan puasa asyuro' hanya menghapuskan do'a selama setahun dikarenakan puasa arofah adalah puasa yang hanya disyari'atkan bagi umat nabi Muhammad, berbeda halnnya dengan puasa asyuro' dimana umat nabi Musa pun mengerjakannya.
Pengampunan dosa selama setahun yang dimaksud disini adalah dosa-dosa kecil yang tidak berhubungan dengan hak sesama manusia menurut sebagian ulama'. Imam Nawawi mengatakan "Jika ia tidak memiliki dopsa kecil, maka diharapkan, dosa-dosa besarnya pun akan diampuni". Namun, menurut Imam Ibnul Mundzir dalam kitab "Al-Kabair" menyatakan bahwa mengkhususkan pengampunan dosa hanya untuk dosa-sdosa kecil, adalah satu bentuk "tahakum" (memutuskan suatu perkara yang tak berdasar), padahal kita tahu bahwa pengampunan Alloh sangatlah luas. Pendapat ini juga dicetuskan oleh penulis kitab "Adz-Dzakhoir". Imam Romli juga lebih condong mengikuti pendapat ini. Sedangkan apabila ia tidak memiliki dosa besar maupun kecil, maka puasa tersebut akan meninggikan derajatnya.
PUASA TASU'A'
Hukumnya : Hukum puasa pada tanggal 9 Muharrom, atau yang lebih dikenal dengan dengan puasa Tasu'a' adalah sunat. Dalilnya adalah hadits nabi ;
لَئِنْ بَقِيتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُومَنَّ التَّاسِعَ
“Jika akumasih hidup di tahun depan, pasti aku aku akan berpuasa pada hari kesembilan (Muharrom).” ( Shohih Muslim, no.1134 )
Dalam riwayat lain diterangkan ;
حِينَ صَامَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ» قَالَ: فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ، حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"Ketika Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam puasa pada hari asyuro' (10 muharrom) dan memerintahkan untuk berpuasa dihari itu, para shohabat berkata pada beliau : "Wahai Rosululloh, sesungguhnya hari itu (asyuro') adalah hari yang dimuliakan oleh orang-orang Yahudi dan Nasroni", Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam lalu bersabda : "Insya Alloh, tahun depan kita berpuasa pada hari kesembilan (tasu'a')". Namun belum sampai tahun depan, Rosululloh shollallallohu 'alaihi wasallam meninggal dunia". ( Shohih Muslim, no.1144 )
Hikmahnya : Para ulama' menjelaskan beberapa hikmah disunatkannya puasa tasu'a' adalah sebagai berikut :
1. Tujuannya agar berbeda dengan orang-orang yahudi yang hanya puasa pada hari kesepuluh (asyuro'). Ibnu Abbas rodhiyallohu 'anhu mengatakan ;
خَالِفُوا الْيَهُودَ وَصُومُوا التَّاسِعَ وَالْعَاشِرَ
"Berbedalah kalian semua dengan (apa yang dikerjakan oleh) orang-orang yahudi, dan puaslah pada hari kesembilan dan kesepuluh (dari bulan muharrom)". ( Mushonnaf Abdurroziq, no.7839 )
Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani dalam "Fathul Bari" menerangkan bahwa Rosululloh lebih senang mengikuti apa yang dikerjakan oleh orang-orang ahlu kitab (nasrani dan yahudi) dalam hal-hal yang tidak diperintahkan, lebih-lebih jika hal tersebut berbeda dengan apa yang dikerjakan para penyembah berhala. Namun semenjak nabi menaklukkan kota mekah dan agama islam semakin semarak beliau tidak lagi senang mengikuti ahlu kitab, sebaliknya beliau senang jika mengerjakan hal yang berbeda dengan yang mereka kerjakan.
2. Syekh Al-Khoththobi menjelaskan bahwa tujuan disyari'atkannya puasa tasu'a' adalah agar puasa ashuro' tidak dikerjakan secara tersendiri, sebagaimana puasa pada hari jum'at yang dilarang untuk dikerjakan tanpa mengerjakan puasa sebelum atau sesudahnya.
3. Tujuannya adalah untuk berhati-hati, siapa tahu terjadi kesalahan dalam penanggalan sehingga puasa asyuro' dikerjakan bukan pada hari yang tepat, karena itu disunatkan puasa tasu'a' sebagai bentuk kehati-hatian. Karena itulah jika seseorang tidak mengerjakan puasa pada tanggal sembilan, disunatkan baginya untuk mengerjakan puasa pada harikesebelas, seperti yang dinyatakan oleh imam Nawawi alam kitab "Roudlotut Tholibin".
Wallohu a'lam.
( Oleh : Tamam Azzuhry, Mazz Rofii, Muh KHolili Aby Fitry dan Siroj Munir )
Referensi :
1. I'anatut Tholibin, Juz : 2 Hal : 301
2. Hasyiyah Qulyubi, Juz : 2 Hal : 93
3. Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, Juz : 29 Hal : 219-220
4. Al-Majmu', Juz : 6 Hal : 382
5. Roudlotut Tholibin, Juz : 2 Hal : 387
6. Fathul Bari, Juz : 4 Hal : 245-246
7. Mushonnaf Abdurroziq Ash-Shon'ani, Juz : 4 Hal : 287
Ibarot :
I'anatut Tholibin, Juz : 2 Hal : 301
قوله: ويوم عاشوراء) بالمد، معطوف على يوم عرفة. أي ويسن متأكدا صوم يوم عاشوراء، لقوله (ص) فيه: أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله. وإنما لم يجب صومه للاخبار الدالة بالامر بصومه. لخبر الصحيحين: إن هذا اليوم يوم عاشوراء، ولم يكتب عليكم صيامه، فمن شاء فليصم، ومن شاء فليفطر. وحملوا الاخبار الواردة بالامر بصومه على تأكد الاستحباب
فائدة : الحكمة في كون صوم يوم عرفة بسنتين وعاشوراء بسنة، أن عرفة يوم محمدي - يعني أن صومه مختص بأمة محمد (ص) - وعاشوراء موسوي، ونبينا محمد أفضل الانبياء - صلوات الله عليهم أجمعين - فكان يومه بسنتين.اه.مغني. (قوله: وهو) أي عاشوراء. (وقوله: عاشر المحرم) أي اليوم العاشر منه. (قوله: لانه يكفر السنة الماضية) علة لسنية صومه. (قوله: كما في مسلم) أي في رواية مسلم، وقد علمتها آنفا. (قوله: وتاسوعاء) بالمد أيضا، وهو معطوف على عاشوراء، أي ويسن صوم يوم تاسوعاء
قوله: وهو) أي تاسوعاء. (وقوله: تاسعه) أي المحرم. (قوله: لخبر مسلم) دليل لسنية صوم تاسوعاء. (وقوله: إلى قابل) أي إلى عام قابل، وهو مصروف - كما هو ظاهر -. (وقوله: فمات) أي النبي (ص).وقوله: قبله) أي قبل مجئ تاسوعاء العام القابل. (قوله: والحكمة) أي في صوم يوم التاسع مع العاشر مخالفة اليهود، أي فإنهم يصومون العاشر فقط، فنخالفهم ونصوم التاسع معه. والحكمة أيضا: الاحتياط، لاحتمال الغلط في أول الشهر، والاحتراز من إفراده بالصوم - كما في يوم الجمعة - شرح الروض: قال في النهاية: وظاهر ما ذكر من تشبيهه بيوم الجمعة: أنه يكره إفراده. لكن في الام لا بأس بإفراده.اه.(قوله: والحكمة) أي في صوم يوم التاسع مع العاشر مخالفة اليهود، أي فإنهم يصومون العاشر فقط، فنخالفهم ونصوم التاسع معه. والحكمة أيضا: الاحتياط، لاحتمال الغلط في أول الشهر، والاحتراز من إفراده بالصوم - كما في يوم الجمعة - شرح الروض: قال في النهاية: وظاهر ما ذكر من تشبيهه بيوم الجمعة: أنه يكره إفراده. لكن في الام لا بأس بإفراده
Hasyiyah Qulyubi, Juz : 2 Hal : 93
قوله: (أحتسب) هو بلفظ المضارع وضميره عائد إلى النبي - صلى الله عليه وسلم - وقال بعضهم: بلفظ الماضي وضميره يعود إلى الصوم وفيه بعد وحكمة كون عرفة تكفر سنتين لأنه من خصائص هذه الأمة بخلاف عاشوراء لمشاركة قوم موسى - عليه السلام -. والسنة الماضية آخرها شهر الحجة والمستقبلة أولها المحرم والتكفير للذنوب الصغائر التي لا تتعلق بالآدمي قال النووي فإن لم تكن صغائر فيرجى أن تحت من الكبائر. وعممه ابن المنذر في الكبائر أيضا ومشى عليه صاحب الذخائر. وقال التخصيص بالصغائر تحكم وعفو الله واسع. ومال إليه شيخنا الرملي في شرحه فإن لم تكن له ذنوب فزيادة في الحسنات
Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, Juz : 29 Hal : 219-220
الحكم الإجمالي : صوم يوم عاشوراء مسنون، أو مستحب، كصوم يوم تاسوعاء، فقد روي أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يصوم عاشوراء ، وقال عليه الصلاة والسلام: صيام يوم عرفة أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله والسنة التي بعده، وصيام يوم عاشوراء أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله ، وفي رواية لمسلم أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: فإذا كان العام المقبل إن شاء الله صمنا اليوم التاسع قال ابن عباس: فلم يأت العام المقبل حتى توفي رسول الله صلى الله عليه وسلم
وفي فضل يوم عاشوراء، وحكمة مشروعية الصيام فيه قال ابن عباس رضي الله عنهما: قدم النبي صلى الله عليه وسلم المدينة فرأى اليهود تصوم يوم عاشوراء، فقال: ما هذا قالوا: هذا يوم صالح، هذا يوم نجى الله بني إسرائيل من عدوهم فصامه موسى، قال: فأنا أحق بموسى منكم، فصامه وأمر بصيامه. ومعنى تكفير سنة: أي ذنوب سنة من الصغائر، فإن لم يكن صغائر خفف من كبائر السنة وذلك التخفيف موكول لفضل الله، فإن لم يكن كبائر رفع له درجات. وعن عطاء أنه سمع ابن عباس رضي الله عنهما يقول في يوم عاشوراء: خالفوا اليهود وصوموا التاسع والعاشر
Al-Majmu', Juz : 6 Hal : 382
قال المصنف رحمه الله : ويستحب أن يصوم يوم عاشورا لحديث أبي قتادة ويستحب أن يصوم يوم تاسوعاء لما روى ابن عباس رضي الله عنهما قال " قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لئن بقيت الي قابل لاصومن اليوم التاسع
.............................................
الشرح : حديث أبي قتادة سبق بيانه ولفظ مسلم فيه " أن رسول الله صلى الله عليه وسلم سئل عن صيام يوم عاشورا فقال يكفر السنة الماضية " وأما حديث ابن عباس فرواه مسلم بلفظه وفى رواية مسلم زيادة " قال فلم يأت العام المقبل حتى توفي رسول الله صلى الله عليه وسلم " –إلى أن قال- واتفق أصحابنا وغيرهم علي استحباب صوم عاشورا وتاسوعا وذكر العلماء من أصحابنا وغيرهم في حكمة استحباب صوم تاسوعاء أوجها (أحدها) أن المراد منه مخالفة اليهود في اقتصارهم على العاشر وهو مروي عن ابن عباس وفي حديث رواه الإمام أحمد بن حنبل عن ابن عباس قال " قال رسول الله صلى الله عليه وسلم صوموا يوم عاشوراء وخالفوا اليهود وصوموا قبله يوما وبعده يوما " (الثاني) أن المراد به وصل يوم عاشوراء بصوم كما نهى أن يصوما يوم الجمعة وحده ذكرهما الخطابي وآخرون (الثالث) الاحتياط في صوم العاشر خشية نقص الهلال ووقوع غلط فيكون التاسع في العدد هو العاشر في نفس الأمر
Roudlotut Tholibin, Juz : 2 Hal : 387
ومنه يوم عاشوراء، وهو عاشر المحرم، ويستحب أن يصوم معه تاسوعاء، وهو التاسع. وفيه معنيان. أحدهما: الاحتياط حذرا من الغلط في العاشر. والثاني: مخالفة اليهود فإنهم يصومون العاشر فقط. فعلى هذا، لو لم يصم التاسع معه، استحب أن يصوم الحادي عشر
Fathul Bari, Juz : 4 Hal : 245-246
ما هم به من صوم التاسع يحتمل معناه أنه لا يقتصر عليه بل يضيفه إلى اليوم العاشر إما احتياطا له وإما مخالفة لليهود والنصارى وهو الأرجح وبه يشعر بعض روايات مسلم ولأحمد من وجه آخر عن بن عباس مرفوعا صوموا يوم عاشوراء وخالفوا اليهود صوموا يوما قبله أو يوما بعده وهذا كان في آخر الأمر وقد كان صلى الله عليه وسلم يحب موافقة أهل الكتاب فيما لم يؤمر فيه بشيء ولا سيما إذا كان فيما يخالف فيه أهل الأوثان فلما فتحت مكة واشتهر أمر الإسلام أحب مخالفة أهل الكتاب أيضا كما ثبت في الصحيح فهذا من ذلك فوافقهم أو لا وقال نحن أحق بموسى منكم ثم أحب مخالفتهم فأمر بأن يضاف إليه يوم قبله ويوم بعده خلافا لهم
Mushonnaf Abdurroziq Ash-Shon'ani, Juz : 4 Hal : 287
أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ: أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ: أَخْبَرَنِي عَطَاءٌ، أَنَّهُ سَمِعَ ابْنَ عَبَّاسٍ، يَقُولُ فِي يَوْمِ عَاشُورَاءَ: «خَالِفُوا الْيَهُودَ وَصُومُوا التَّاسِعَ وَالْعَاشِرَ