Assalamu'alaikum...
Gantian saya mau bertanya kepada warga fiqh kontemporer...
ini masalah darah haidh yang mana darah tersebut masih berbekas (maaf) di celana dalam wanita padahal sudah dicuci. yang saya tanyakan,hukumnya bagaimana kalau dibawa shalat/di pake pada waktu melakukan shalat?
syukron katsiron...
( Dari : Muhammad Fatkhurozi Rozi )
Jawaban :
Wa'alaikum salam warohmatullohi wabarokatuh
Cara penyucian najis 'ainiyah (najis yang dapat dilihat oleh mata), dalam hal ini berupa darah haidh yang menempel pada pakaian, adalah dengan menghilangkannya beserta semua sifat-sifatnya, yaitu warna, rasa dan baunya dengan menggunakan air dan dengan bantuan sikat.
Adapun jika dibersihkan dengan air, sikat dan sabun sifat-sifatnya najis masih ada, maka diperinci sebagai berikut :
- Apabila yang tersisa tinggal warnanya saja atau baunya saja maka pakaian tersebut dihukumi suci, artinya sudah bisa digunakan untuk mengerjakan ibadah.
- Apabila yang tersisa adalah warna dan baunya sekaligus, atau tinggal rasanya saja, maka wajib disiram terus dengan air dan dibantu dengan sabun cuci semisal, karena keberadaan sifat tersebut adalah petunjuk kuat bahwa najisnya belum hilang. Jika langkah ini sudah dikerjakan namun sifat tersebut tidak dapat dihilangkan kecuali dengan cara memotong bagian pakaian yang terkena najis, maka pakaian tersebut dihukumi suci dan najisnya dima'fu (diampuni). Jadi pakaiannya boleh digunakan untuk sholat. Namun, jika nanti sifat-sifat najis tersebut sudah bisa dihilangkan tetap wajib dihilangkan.
Dalam satu hadits diceritakan ;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ خَوْلَةَ بِنْتَ يَسَارٍ أَتَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ لَيْسَ لِي إِلَّا ثَوْبٌ وَاحِدٌ وَأَنَا أَحِيضُ فِيهِ فَكَيْفَ أَصْنَعُ؟ قَالَ: إِذَا طَهُرْتِ فَاغْسِلِيهِ، ثُمَّ صَلِّي فِيهِ». فَقَالَتْ: فَإِنْ لَمْ يَخْرُجِ الدَّمُ؟ قَالَ: يَكْفِيكِ غَسْلُ الدَّمِ وَلَا يَضُرُّكِ أَثَرُه
“Dari Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu bahwa Khaulah binti Yasar mendatangi Nabi shollallohu 'alaihiwasallam seraya berkata, ‘Ya Rosulullah, aku hanya mempunyai satu potong pakaian, dan (sekarang) saya sedang haidh dengan mengenakan pakaian tersebut.’ Maka Rasulullah menjawab, ‘Apabila kamu telah suci, maka cucilah bagian yang terkena haidhmu, kemudian shalatlah kamu dengan pakaian tersebut.’Ia bertanya, ‘Ya Rasulullah, kalau bekasnya tidak bisa hilang?’ Rasulullah menjawab, ‘Cukuplah air bagimu (dengan mencucinya) dan bekasnya tidak membahayakan (sholat)mu.’” ( Sunan Abu Dawud, no.365, Musnad Ahmad, no.8939 )
( Oleh : Siroj Munir, Kudung Khantil Harsandi Muhammad,الرحمن الألوى, NaufalAlbarinji SebuahManuskripKehidupan, Ahli Fikir, Vira Vira Dongae, dan Mazz Rofii ),
Referensi :
1. Fathul Qorib, Hal : 56
2. Hasyiyah Al Bajuri Ala Fathul Qorib, Juz : 2 Hal : 197
3. At-Taqrirot Asy-Syadidah, Hal : 136
4. Sunan Abu Dawud, Juz : 1 Hal : 100
Ibarot :
Fathul Qorib, Hal : 56
وكيفية غسل النجاسة إن كانت مشاهدة بالعين، وهي المسماة بالعينية تكون بزوال عينها ومحاولة زوال أوصافها من طعم أو لون أو ريح؛ فإن بقي طعم النجاسة ضر، أو لون أو ريح عسر زواله لم يضر
Hasyiyah Al Bajuri Ala Fathul Qorib, Juz : 2 Hal : 197
قوله : ( وهي المسماة بالعينية ) وضابطها ك أن يكون لها جرم أو طعم أو لون أو طعم أو لون أو ريح كما مر. قوله : ( تكون بزوال عينها ) أي جرمها. وقوله : ( ومحاولة زوال أو صافها ) أي معالجة زوال أوصافها ولو بنحو أشان وصابون, فيجب إن توقف زوال الأثر عليه حيث كانن يسيرا, بشرط كونه فاضلا عما يعتبر في الفطرة. –إلى أن قال- قوله : ( أو لون أو ريح عسر زواله لم يضر ) فلا يجب زواله بل يطهر المحل, وضابط التعسر أن لايزول بالحت بالماء بالماء ثلاث مرات. فمتى حته بالماء ثلاث مرات فمتى حته بالماء ثلاثا ولم يزل طهر المحل, فإذا قدر على زواله بعد ذاك لم يجب لأن المحل طاهر. نعم, إن بقيا معا في محل واحد من نجاسة واحدة فيجب زوالهما إلا إن تعذر كما مر في بقاء الطعم لقوة دلالتهماعلى بقاء النجاسة, فإن بقيا متفرقين أو من نجاستين وعسر زوالهما لم يضر
At-Taqrirot Asy-Syadidah, Hal : 136
الحكم في حالة التعسر, ننظر
إن بقي اللون فقط أو الريح فقط : حكمنا بطهارة المحل
إن بقي اللون والريح معاو أو الطعم وحده : وجب زيادة الغسلات حتى تزول, مع الإستعانة بنحو صابون
وإذا قال اهل الخبرة : إن هذه النجاسة لا تزول إلا بالقطع, فتسمى هذه الحالة : حالة تعذر
الحكم في حالة التعذر : يعفى عن هذه النجاسة, وتصح الصلاة بها, ولو تمكن فيما بعد من إزالتها وجب عليه إزالتها
Sunan Abu Dawud, Juz : 1 Hal : 100
حدثنا قتيبة بن سعيد، حدثنا ابن لهيعة، عن يزيد بن أبي حبيب، عن عيسى بن طلحة، عن أبي هريرة، أن خولة بنت يسار أتت النبي صلى الله عليه وسلم فقالت: يا رسول الله إنه ليس لي إلا ثوب واحد وأنا أحيض فيه فكيف أصنع؟ قال: إذا طهرت فاغسليه، ثم صلي فيه. فقالت: فإن لم يخرج الدم؟ قال: يكفيك غسل الدم ولا يضرك أثره
...................................................................................
Baca Juga:
Najisnya darah dan pengecualiannya
Hukum Darah Nyamuk
Hukum donor darah
Apakah air liur dihukumi najis ?
Hukum bertato
Hukum cairan yang keluar dari luka
Hukum telur yang sudah rusak
Hukum menggunakan biogas dari limbah kotoran hewan (benda najis)
Kotoran hewan yang dijadikan pupuk
Hukum Kotoran ikan dalam kolam dan aquarium
Petis dan terasi, najis atau suci ?
Apakah kencingnya semut najis ?
Hukum bisa ular
Hukum asap dari pembakaran benda najis
Filter rokok yang terbuat dari babi
Penggunaan mikroba dan produk mikrobial dalam produk pangan
Pensucian alat produksi yang terkena najis mutawassithah dengan selain air
Penggunaan debu dalam penyucian najis mugholadhoh (najisnya anjing dan babi)
Hukum pencucian dry clean (tanpa menggunakan air)
Najisnya darah dan pengecualiannya
Hukum Darah Nyamuk
Hukum donor darah
Apakah air liur dihukumi najis ?
Hukum bertato
Hukum cairan yang keluar dari luka
Hukum telur yang sudah rusak
Hukum menggunakan biogas dari limbah kotoran hewan (benda najis)
Kotoran hewan yang dijadikan pupuk
Hukum Kotoran ikan dalam kolam dan aquarium
Petis dan terasi, najis atau suci ?
Apakah kencingnya semut najis ?
Hukum bisa ular
Hukum asap dari pembakaran benda najis
Filter rokok yang terbuat dari babi
Penggunaan mikroba dan produk mikrobial dalam produk pangan
Pensucian alat produksi yang terkena najis mutawassithah dengan selain air
Penggunaan debu dalam penyucian najis mugholadhoh (najisnya anjing dan babi)
Hukum pencucian dry clean (tanpa menggunakan air)